KABARDAILY.COM,OPINI | Seremoni pembukaan PON XXI 2024 menghadirkan berbagai pertunjukan budaya ditampilkan seperti tari-tarian khas Aceh, seperti tari saman dan tari ratoh jaroe, serta puncak acara yang menampilan tarian kolosal mengenai pejuang perempuan Aceh, Laksamana Keumalahayati. Pertunjukan yang menampilkan kekayaan alam, seni, tradisi, budaya, dan semangat Aceh ini membius para sekitar 13.500 penonton yang memenuhi tribun Stadion Harapan Bangsa digelar pada Senin, 9 September 2024.
Filosofi tarian Malahayati pada malam pembukaan PON menggambarkan nilai-nilai kepemimpinan, pengorbanan, dan patriotisme. Tarian ini tidak hanya menampilkan kecantikan gerak, tetapi juga menggambarkan karakter Malahayati yang tangguh namun tetap anggun.
Melalui gerakan-gerakan yang dinamis, Tarian Malahayati mengisyaratkan kebangkitan, perjuangan, dan pengabdian terhadap bangsa. Penggabungan elemen tradisional Aceh dengan modernitas menciptakan suasana menegangkan dan berwibawa, sejalan dengan semangat olahraga dan kompetisi dalam PON XXI.
Pertunjukan para penari sudah lebih dari cukup untuk membuat kagum, merinding, dan terharu. Mereka membuktikan bahwa magis seni budaya Aceh dapat memukau penonton yang hadir pada pembukaan ajang multicabang olahraga terbesar nasional ini. Acara pembukaan yang megah dan meriah itu menunjukkan kemampuan luar biasa anak-anak aceh yang tak kalah hebat menampilkan bakat nya jika di kasih panggung dan kesempatan.
Melalui PON kali ini, Aceh mendapatkan panggung di rumah sendiri untuk lebih menggaungkan seni budaya mereka.Sebagai daerah yang kaya dengan seni budaya lokal, penampilan penari di malam pembukaan PON tak kalah menariknya dengan pertunjukan tari ratoh jaroe dalam pembukaan Asian Games 2018 lalu yang menggemparkan dan meninggalkan kesan mendalam secara global.
Berdasarkan informasi dari Bidang Upacara Panitia Besar PON Wilayah Aceh, mereka melibatkan 1.500 orang untuk menghibur lebih kurang 14.000 penonton di stadion, mulai dari pejabat negara, duta besar negara sahabat, atlet, ofisial, hingga masyarakat umum.
Bersatu Kita Juara
Tidak bisa dimungkiri, Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa. Perhelatan PON menjadi kesempatan untuk semakin mempererat persatuan, memperkokoh tali persaudaran sebagai sebuah bangsa. Dengan persatuan, Indonesia akan lebih kuat untuk menjadi lebih baik di segala bidang.
“Bersatu Kita Juara!” menjadi slogan PON XXI Aceh-Sumut. “Bersatu” mempunyai arti persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan masyarakat yang majemuk dari latar belakang suku, agama, budaya dan bahasa yang berkompetisi di ajang terbesar nasional ini. Keanekaragaman itu tercermin dalam latar belakang atlet yang berbeda-beda.
Kata “Kita” bersifat mementingkan kebersamaan dalam suka-duka dan saling membantu yang menjadi budaya gotong-royong berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kata “Juara” berarti kemenangan atau keberhasilan dalam penyelenggaraan, prestasi cabang olahraga, pemberdayaan ekonomi masyarakat, administrasi ,dan pemanfaatan fasilitas.
Tema ”Bersatu Kita Juara” mempunyai makna bahwa kebersamaan adalah kunci untuk mencapai kesuksesan. Hal itu tidak hanya berlaku untuk Aceh, tetapi juga 37 provinsi lain yang akan berkontestasi di PON edisi XXI. PON akan mengajak kita mempererat persatuan dan bergerak bersama untuk menjadi lebih baik. Apalagi, PON sebagai salah satu tolok ukur prestasi hasil pembinaan atlit di 38 provinsi. PON juga menjadi ajang pencarian bakat untuk mewakili Indonesia di pentas internasional.
Slogan yang digunakan mengingatkan kembali pada Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki arti meski berbeda, tetapi tetap satu nusa dan bangsa. 38 provinsi dengan beragam budaya dan bahasa bersatu di Aceh dan Sumut untuk memperlihatkan kehebatan masing-masing sebagai hasil binaan olahraga di daerah. Namun, benang merah dari olahraga adalah persahabatan dan persatuan.
PON XXI ini berbeda dengan edisi sebelumnya karena digelar di dua provinsi di sumatera yaitu aceh dan sumut. Pemilihan logo dan maskot pun terkait dengan karakteristik dari Aceh dan Sumut yang memiliki makna dan filosofi mendalam. Mereka merepresentasikan kedua daerah yang jarang ditemui di daerah lain.
Penggunaan gajah putih dan harimau Sumatera pada maskot menjadi pengingat bahwa kedua hewan tersebut adalah satwa yang harus dilindungi. Budaya lokal yang diangkat dalam logo dan maskot bisa menjadi pengingat bagi generasi muda. Sebab, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan menghormati sejarah dan budayanya.
Berkaca dari beberapa PON edisi sebelumnya, pesta olahraga empat tahunan itu efektif untuk menjadi batu loncatan kemajuan suatu daerah. PON bisa menjadi alat promosi yang efektif dalam memperkenalkan segenap potensi daerah tuan rumah, mulai dari pariwisata hingga sumber daya alam.
Bagi masyarakat Aceh, baik yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan maupun yang tidak, PON adalah pertaruhan citra Aceh yang kerap diterpa isu miring. Oleh karena itu, melalui PON perdana yang diselenggarakan di Bumi Serambi Mekkah, masyarakat bersama pemerintah harus bahu-membahu membuktikan bahwa Aceh tidak seburuk yang diprasangkakan. Masyarakat Aceh harus berupaya memberikan semua kemampuan terbaiknya agar PON yang lama dirindukan itu bisa berlangsung sukses, nyaman, dan aman untuk semua tamu yang datang.
Hal itu akan menjadi kunci sukses Aceh dalam mengoptimalkan PON sebagai momentum kebangkitan Aceh, terlebih di bidang olahraga, pariwisata, dan pembangunan ataupun ekonomi.
Dengan semangat menyala-nyala masyarakat dan pemerintahnya, keunikan Aceh siap untuk meninggalkan memori positif dalam PON kali ini. Hal itu akan menjadi kunci sukses Aceh dalam mengoptimalkan PON sebagai momentum kebangkitan Aceh, terlebih di bidang olahraga, pariwisata, dan pembangunan ataupun ekonomi.
*) Penulis adalah mahasiswa komunikasi penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh