In Memoriam Ketua IGI Aceh, Imran Lahore: Pendidik dan Pegiat Literasi

  • Oleh Feri Irawan, SSi, MPd

KABARDAILY.COM  |   OPINI –  Kabar duka menyelimuti Ikatan Guru Indonesia Wilayah Aceh dengan kabar meninggalnya Imran Bin Abdullah atau Imran Lahore, salah seorang pegiat literasi Aceh yang sangat aktif menebarkan virus literasi.

Imran yang juga Ketua IGI Wilayah Aceh Periode 2021-2026 merupakan tokoh penting yang telah memberikan dampak besar terhadap dunia literasi Aceh terutama di sekolah-sekolah dan organisasi guru IGI serta komunitas literasi lainnya.

Kabar duka tersebut dibeberkan Sekretaris IGI Wilayah Aceh, Fitriadi Mahmud melalui pesan WhatAppsnya yang mendapatkan kabar dari isterinya. Sabtu, 31 Agustus 2024 pagi.

“SELAMAT JALAN PAK IMRAN, innalillahi wa innailaihi rajiun,” tulis Fitriadi, membuka belasungkawanya.

“Pegiat literasi itu telah pergi,” begitu gumamku dalam hati.
Imran adalah sosok yang konsisten memperkenalkan literasi di Aceh dan merupakan seorang pendidik.

Saya mengenal almarhum sudah cukup lama. Namun, komunikasi dengan almarhum melalui pesan WA ternyata juga sudah lama, ketika saya buka chat, tertulis tanggal komunikasi terakhir dengan beliau adalah 10 April 2024. Saat itu, Beliau mengirim ucapan selamat hari raya Idul Fitri 1445 H kepada saya. Bunyinya seperti ini: “Panena lidah nyang meutulueng, panena ureueng nyang hana desya, uroe mulia ka geutanyoe teumueng,
Munyoe na desya muah lon pinta. Itulah pesan WA terakhirnya kepada saya.

Bagi Imran, belajar sepanjang hayat merupakan salah satu prinsip hidupnya. Sekalipun beliau seorang pendidik sekaligus ketua organisasi profesi, rupanya ia tetap merasa masih hijau untuk terus belajar. Terbukti, dalam berbagai kesempatan pelatihan kepenulisan, saya kerap melihat almarhum ikut dalam berbagai kegiatan. Baik ketika menjadi panitia kegiatan, maupun menjadi narasumber kegiatan.

Imran kelahiran Pidie , 31 Desember 1965 adalah sosok yang inspiratif dan rendah hati dalam dunia literasi.

Kesehariannya bertugas sebagai pendidik pada SMA Negeri 8 Banda Aceh dan Pegiat Literasi. Pernah ditawarkan menjadi kepala sekolah, namun ia menolaknya. Alasannya, ia tidak bisa mengelilingi Aceh menyebar virus literasi ke sekolah-sekolah bersama organisasi profesinya.

Menurut cerita teman saya Jhon Darmawan, yang juga pejabat teras IGI Wilayah Aceh, Imran begitu gigih berjuang untuk pendidikan Aceh terutama tentang literasi.

“Kemanapun pergi, literasi selalu menjadi kegundahan kerisauannya. Literasi menjadi salah satu program unggulan orprof Ikatan Guru Indonesia (IGI). Imran bahkan rela menghabiskan waktu dan materi demi gerakan literasi di Aceh. Roadshow literasi bahkan beliau laksanakan hampir di seluruh Aceh bersama pakarnya pak Satria Dharma, “jelas Jon Darmawan.

Buah perjuangan itu ternyata tidak sia sia. Literasi pada dasarnya mulai Bangkit. Lebih dari 600 judul buku sudah berhasil ditulis oleh guru dan siswa di Aceh. Salah satunya melalui Satu Guru Satu Buku (Sagusaku) yang dulu dikomandoi oleh Ibu Nur Badriyah yang tentunya di bawah arahan Ketua IGI Aceh Imran Lahore, papar Jon Darmawan.

Bahkan Pak Kacabdisdik Bireuen Abdul Hamid menyebut Imran sebagai tokoh literasi Aceh.

Dalam sebuah percakapan di sebuah warung kopi di Bireuen, saya bersama almarhum pernah berkomitmen untuk terus menulis dan menulis untuk bisa menginspirasi. Kebetulan, inilah barangkali yang membuat saya dan almarhum memiliki kecocokan dalam hal literasi. Artinya, tiada hari tanpa menulis dan memberi Inspirasi bagi semua orang. Kira-kira begitulah cita-cita kami.

Imran adalah contoh nyata bahwa kecintaan pada literasi dapat menjadi pendorong utama dalam memberikan pengaruh positif pada orang lain.

Bagi Imran, kegiatan literasi bukan sekedar sekedar kegiatan, namun merupakan sebuah panggilan jiwa yang membangkitkan kreativitas dan menyuburkan dunia literasi.

Imran juga pernah diminta menjadi juri dan narasumber berkaitan Literasi baik lomba maupun sekedar membagi ilmu menulis, yang difasilitasi sekolah maupun dinas pendidikan.

Keterlibatannya sebagai narasumber menunjukkan pengakuan akan keahliannya dalam dunia literasi.

Kehadirannya dalam organisasi guru ini memberikan dampak positif bagi para anggotanya dan membantu membangun dunia literasi di Aceh.

Perannya dalam organisasi ini menunjukkan komitmen dan dukungannya terhadap pengembangan pendidikan di Aceh dan Indonesia.

Kini, sang Pegiat Literasi itu telah meninggalkan kita. Selamat jalan pak Ketua, selamat jalan Sahabat, jasamu akan tetap abadi.

Terima kasih pernah menjadi teman yang selalu berbagi inspirasi dalam menggelorakan dunia literasi.

Imran Pegiat literasi itu telah pergi selama-lamanya, semangat dan motivasimu dalam mengabdi akan kami teruskan bersama teman-teman yang telah engkau bimbing semasa hidupmu. Kami akan melanjutkan asamu dalam menggiatkan dan menumbuhkembangkan minat berliterasi bagi siswa, masyarakat, komunitas dan semua pihak yang membutuhkan.

Dan pesannya terakhir yang tidak pernah saya lupa:’ Terus mengayuh tanpa mengeluh. Butuh energi untuk menggerakkannya. Selalu ada senyum dalam setiap kelemahannya”.