USK Bangun Kesadaran Mitigasi Masyarakat Berbasis Teknologi

Banda Aceh,kabardaily.com – Universitas Syiah Kuala melalui Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) menyelenggarakan workshop sekaligus Focus Group Discussion (FGD) terkait pengetahuan masyarakat berbasis teknologi di Auditorium TDMRC USK. (Banda Aceh, 9 Agustus 2023)

Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari proyek Technology-based Community Knowledge; Achieving Disaster Resilience in Urbanised Areas atau Pengetahuan Masyarakat Berbasis Teknologi.

Kegiatan yang bertujuan untuk mncapai ketahanan bencana di daerah perkotaan ini dijalankan atas kolaborasi dari TDMRC USK dengan University of Huddersfield United Kingdom dan Teeside University United Kingdom, serta didukung oleh Royal Academy of Engineering, United Kingdom (RAENG).

Ketua TDMRC USK Prof. Dr. Syamsidik, S.T., M.Sc mengatakan, peserta kegiatan ini berasal dari berbagai latar belakang seperti pemerintah, akademisi, praktisi, pelajar, media, dan komponen masyarakat lainnya.

Dirinya menilai, kesadaran masyarakat terhadap mitigasi bencana harus dilakukan secara berkelanjutan. Di mana salah satu caranya adalah melalui pendekatan teknologi. Namun teknologi ini bukan hanya bermakna fisik semata, tapi bisa lebih luas dari itu.

Dirinya mencontohkan, ketika early warning system tsunami berbunyi yang ternyata menimbulkan kepanikan di masyarakat. Saat itu respon komunitas atau masyarakat bukannya siaga, melainkan kemarahan.

“Nah, ini sedikit banyak akan berkontribusi kepada ketidakpercayaan masyarakat kepada teknologi sendiri. Dan ini contoh kecil pembangunan masyarakat yang sadar bencana tidak semata-mata terbatas pembangunan fisik saja,” ucapnya.

Oleh sebab itu, melalui FGD ini dirinya berharap bisa mendapatkan banyak masukan agar upaya pengurangan risiko bencana bisa berjalan optimal di masyarakat.

Project Lead Program ini Ezri Hayat mengatakan, tujuan utama dari proyek ini adalah untuk menciptakan dunia yang lebih aman dan tangguh dalam menghadapi bencana dengan memanfaatkan kekuatan teknologi.

Ezri memaparkan, wilayah Asia Tenggara adalah rumah bagi lebih dari 667 juta penduduk. Namun, wilayah ini merupakan wilayah paling rentan bencana di dunia dengan lebih dari 6.000 orang dan lebih dari 11 miliar dolar AS hilang dalam 5 tahun terakhir.

Oleh karena itu, jelas Ezri, Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan bagian integral dari pembangunan sosial-ekonomi suatu wilayah dan dianggap sebagai elemen kunci untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan mengurangi kerugian jiwa dalam bencana besar.

“Salah satu elemen penting dalam mencapai ketahanan (resiliensi) terhadap risiko bencana adalah pengetahuan berbasis masyarakat,” kata Ezri.

Oleh sebab itu, dirinya berharap melalui FGD ini, akan terbentuk jaringan antara semua kalangan yang akan meningkatkan kesadaran dan mendorong kolaborasi efektif antara para peneliti dan khalayak luas dalam disiplin teknologi digital dan PRB.

“Diskusi ini nantinya akan membuka ruang untuk mencari ide-ide inovatif, sehingga dapat diadopsi lebih luas dalam upaya mencapai ketahanan bencana,” pungkas Ezri.