Da’i Kota, Muallaf dan “Pahlawan Berita” Loper Koran Serambi Indonesia

Banda Aceh,kabardaily.com  – Pas azan asar berkumandang di mushalla Dinas Syariat Islam (DSI) Kota Banda Aceh, Saya Tgk Mustafa Husen Woyla tiba di area parkiran yang berseberangan Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh.

Saya mengamati sejumlah orang dengan berbagai kesibukannya masing-masing, namun pandangan saya tertuju kepada puluhan orang, ibu-ibu paruh baya, beberapa wanita yang mengendong anak dan juga ada tiga orang laki-laki. satu remaja, dua orang sepertinya sudah berkepala lima yang pandangan saya masih terlihat perpancar sejuta asa akan cahaya islam.
Ternyata benar adanya, saya tanya ke pegawai, mereka adalah para muallaf yang akan mengikuti kajian rutin setiap selasa di kantor DSI banda Aceh.

Untuk diketahui, saya dan beberapa da’i kota Banda Aceh memang ditugaskan secara resmi memberi kajian kepada muallaf, begitu arahan Irwanda S.Ag, Kabid Dakwah DSI Kota Banda Aceh.

Selain bertugas sebagai da’i, saya dipercayakan juga anggota bagian Team Media Center Da’i.

Tepatnya pada hari selasa, 14 Februari 2024 saya bertindak sebagai mu’allim sebagaimana diamanahkan oleh Niyyati Nur, S.H.I ., MH, Kasi Bina Aqidah.

Ibu Nia begitu panggilannya, menyapa saya dengan ramah dan mempersilahkan langsung naik ke mushalla yang ada di lantai dua depan kantor, dan alhamdullah ketika saya masuk, mendapati kepala dinas syariat islam sudah duluan datang menunggu iqamah di kumandangkan.

Teungku penceramah muallaf hari ini ya, sapa kadis DSI Banda Aceh bapak Ridwan, S.Ag., M.Pd.

Iya pak kadis, saya jawab.

Tidak lama selang beberapa menit, kami pun salat diimami oleh pak kadis, yang kebetulan juga seorang penceramah di kota Banda Aceh.

Setelah salat asar, saya langsung dipersilahkan mengisi kajian dengan tema seputar aqidah islamiyyah.

Pada sesi kajian dan tanya jawab, terlihat para jamaah muallaf sangat antusias mengikuti pengajian.

Bahkan ketika dibuka sesi tanya jawab sampai minta tambah waktu karena ada beberapa penanya yang masih ngantri bertanya.

Ada hal yang menarik, diantara lima puluh orang jamaah pengajian dari muallaf binaan baitul mal dan DSI mereka berasal dari Aceh Besar dan Banda Aceh, ada satu muallaf perempuan bernama Juwita (56) yang mungkin tidak asing lagi bagi warga kota wajahnya.

Soalnya, profesinya di jalan raya sering di jumpai oleh pengguna jalan yang lalu lalang, ia bukan sebagai polwan, tapi sebagai “Pahlawan Berita”, yang sudah siap menjaja informasi teraktual, mulai pagi hari ketika orang lain masih mulai berangkat kerja.

Ibu Juwita mengaku pada da’i kota, profesi ditekuni ini untuk membantu meringankan beban suami memenuhi kebutuhan hidup, oleh karena itu ia rela menjadi loper pun bukanlah perkara yang tercela.

Ibu muallaf asal Sibolga yang sudah jadi warga perumahan komplek cinta kasih, Neuheun Aceh Besar biasa menjual koran setiap pagi di simpang jam taman bustanus salatin dekat balai kota Banda Aceh.

Di umur yang tidak muda lagi untuk profesi loper, ia dibantu oleh anaknya yang bernama Nur Halimah.

Setelah usai pengajian, istri dari Muhammad Nasir Usman (60) mengaku menjadi muallaf tersebab yakin dengan kebenaran islam, dan juga Allah jadikan asbab kenal dengan pria asal Lhoksukon, Aceh Utara.

Bu Juwita melanjutkan kisahnya sebagai loper Koran, saya dapat rezeki antara delapan puluh hingga seratus ribu perhari.

Itu sudah termasuk infaq sedekah dari warga yang lewat membeli Koran atau ada yang sengaja membantu.

Kalau Koran saya di antar oleh Nasril, agen koran sepertinya, kalau hari biasa laku 30 lembar, jika hari minggu lebih banyak bahkan terkadang sampai delapan puluh lembar.

Harga saya ambil 2200 rupiah, saya jual 3000 rupiah, hanya dapat 800 rupiah.

Walaupun terlihat susah mengais rezeki di jalan yang penting halal, saya tidak malu menjadi loper Koran daripada harus mengemis dan mengambil yang bukan hak. Kasih ibu muallaf kepada da’i kota Banda Aceh. [ red ]