Tunggang kuda  salah satu adat untuk meyenang kan orang sunat khitan di kota cane

KABARDAILY.COM  |   Sebelum melaksana kan sunat khitan berkuda menjadi salah satu budaya unik di Kabupaten kota cane Tradisi ini masih diterapkan oleh masyarakat di sana saat upacara adat sunat khitan dengan baju adat khas Aceh Tenggara menunggang kuda.

Kebudayaan Aceh Tenggara, Andin, menjelaskan
adat berkuda ini merupakan budaya suku Alas yang identik dengan mayoritas warga
Aceh Tengggara.
Dalam upacara adat sunatan di Aceh Tenggara, berkuda menjadi salah satu
bagian penting dari upacara adat Biasanya berangkat dari tempat yang di siap kan untuk
menuju ke kediaman pria dengan menggunakan kuda.
“Kuda ini melambangkan sebagai alat transportasi yang digunakan masyarakat Alas sejak
dahulu,”

Saat prosesi penghantaran, menunggang kuda yang turut didampingi oleh
paman Selain itu, anggota keluarga dan masyarakat juga ikut menyertainya.

“Jadi setiba di rumah pria, rombongan berkuda akan disambut oleh tamu yang sudah menunggu
dan tokoh adat setempat, setelah itu baru dipersilahkan masuk ke dalam rumah
Filosofi dari berkuda ini sendiri untuk
menyampaikan pesan bahwa dalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku Alas menjunjung
tinggi untuk meyenangkan orang yang khitan

dalam upacara adat khitan di Aceh Tenggara,
menggunakan pakaian adat Meusikhat yang identik dengan warna hijau, merah, kuning, dan
hitam sebagai warna dasar.
“Ada pembedanya antara pria dan wanita,”
Mesikhat yang dipakai wanita, terdapat bunga sumbu yang dikenakan di kepala.
Bunga sumbu tersebut berupa bola-bola yang memiliki ciri khas warna merah, hijau, dan kuning.
Kemudian bawahannya menggunakan songket dan baju dasar yang berwarna hitam.
Sedangkan Mesikhat yang dikenakan pria, dilengkapi Bulang Bulu yang identik
berwarna merah diikat pada bagian kepala. Kemudian menggunakan bogok, artinya kain
selempang yang dikalungkan di leher