Sepotong Rindu Dari Teupin Layeun

  • Oleh : Feri Irawan, SSi MPd, Ketua Tim O2SN SMKN 1 Jeunieb

KABARDAILY.COM – Lomba O2SN SMK resmi berakhir seiring pengumuman pemenang lima mata lomba, Jum’at (28/6) malam, di Aula Dinas Pendidikan Aceh. Tim O2SN SMKN 1 Jeunieb menorehkan prestasi gemilang dalam ajang tersebut sehingga naik panggung malam itu. Salah satu siswi atas nama Yulianti “Yanti” berhasil menyabet perak alias juara 2 atletik putri. Sementara Ramayani yang bertanding di Cabang Bulu Tangkis Putra mampu melaju ke perempat final.

Sebagai apresiasi untuk tim, saya putuskan membawa mereka healing ke Sabang, tepatnya Desa Wisata Iboih.

Desa Wisata Iboih pernah dinobatkan sebagai Juara 1 dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWII) 2023 kategori Kelembagaan dan Kebersihan, Kesehatan, Keamanan, dan Lingkungan Berkelanjutan (CHSE). Itulah alasannya mengapa kami memilih ke Iboih.

Paginya, dengan bantuan hari yang sangat cerah, kami berkumpul di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, untuk naik kapal penyeberangan Aceh Hebat 2 menuju Pelabuhan Balohan, Sabang. Sepanjang perjalanan kami disuguhi hamparan laut biru laut nan indah dan gunung. Ini memberikan sebuah pengalaman yang menarik bagi kami.

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam akhirnya kami pun tiba di pelabuhan Balohan, Sabang.

Rasanya, lelah di perjalanan terbayar sudah begitu menjejak pelabuhan Balohan.

Terus kami lanjut langsung ke Pantai Iboih. Pantai ini terletak di bagian barat Pulau Sabang Aceh sekitar 20 kilometer dari pusat kota Sabang atau 40 menit dari pelabuhan Balohan Sabang.

Begitu keluar dari pelabuhan kami sudah mulai dimanjakan dengan spot-spot indah pemandangan syahdu pulau sabang, paling dekat dari pelabuhan adalah View Point Balohan.

Selama perjalanan menyusuri jalan mulus dengan kontur pegunungan yang terkadang bersisian panorama laut lepas, kami disuguhi birunya hamparan laut Teluk Sabang dan Dermaga CT3 yang begitu memukau.

Selain itu, kami juga disuguhi panorama indahnya Danau Aneuk Laot, danau yang katanya tak bisa diukur kedalamannya. Lalu, adrenalin kami sedikit terunggah ketika melewati jalanan menanjak, menurun dan terjal.

Rasanya, lelah di perjalanan terbayar saat menginjakkan kaki di Pantai Iboih, saya menyaksikan air laut yang biru dan hutan lindung yang menenangkan. Airnya yang bening bak kristal hijau telah memanjakan suasana hati yang gundah gulana sekalipun. Pepohonan hijau yang tumbuh subur di pinggir mengikuti garis pantai sungguh menyegarkan mata dan menenangkan jiwa.

Mengagumkan! Benar kata orang, Pantai Iboih sungguh menakjubkan. Ini adalah sepotong surga tersembunyi di ujung barat Indonesia.

Di Pantai Iboih kami menikmati keindahan pasir putih yang lembut dengan laut biru toska berombak landai. Desir angin, deburan ombak yang berkejar-kejar seperti suara musik orkestra menikam bibir pantai, berbuih, lalu menari-nari, semakin melengkapi pesonanya Pantai Iboih.

“Ini hari yang menghidupkan rasa damai, ketenangan, kelembutan, bahkan rasa cemburu,” kataku dalam hati.

Gelombang air laut di pantai ini relatif lebih tenang. Air lautnya yang memiliki gradasi warna biru kehijauan, menyatu dengan hamparan pasir putih berkilau di balik teduhnya hutan lindung.

Pantainya memiliki udara laut yang tenang dengan warna hijau kebiruan yang jernih. Saking jernihnya, dari atas kami bisa melihat sekilas keindahan bawah laut tanpa harus berenang. Air lautnya yang bening berkilau saat diterpa sinar matahari seolah ingin menunjukkan segala kekayaan hayati yang terkandung di dalamnya menegaskan Iboih adalah taman firdaus yang menghipnotis.

Deretan karang di tengah pasir putih yang dihiasi ikan-ikan kecil yang bergerak selaras dalam koloninya sungguh merupakan pemandangan yang layak dinikmati berlama-lama.

Sementara di lereng bukit atau di sisi tebing yang menghadap ke pantai terdapat banyak sekali penginapan, dari bungalow sampai dengan cottage.

Setelah puas bermain pasir di pantai, kami sepakat mengisi perut yang sejak tadi sudah kelaparan. Dari bibir pantai terlihat cukup banyak warung makan yang berjualan di sekitarnya dengan menu yang bervariasi. Kami memesan ikan bakar lengkap dengan sambal dan lalapan. Harganya standar dan rasanya pun lumayan.

Tak hanya warung makan, di sini juga terdapat toko alat memancing, toko souvenir khas laut plus ksos-kaos bertuliskan Sabang, Iboih Beach, Three Wells. Tak ketinggalan pula sebuah toko yang menjual atau menyewakan peralatan diving dan snorkeling.

Tersedia juga perahu milik penduduk yang dapat kita sewa untuk berkeliling Pulau Rubiah atau sekadar ingin melihat titik-titik yang indah untuk menerawang kehidupan bawah laut.

Pantai cantik ini sebenarnya juga berfungsi sebagai pelabuhan yang akan membawa pengunjung atau masyarakat menuju Pulau Rubiah yang terkenal dengan taman lautnya yaitu Taman Laut Rubiah. Pulau Rubiah hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari pelabuhan.

Menurut Atun yang punya resort di sini, nama Pulau Rubiah, konon, diambil dari nama Cut Nyak Rubiah, yang makamnya bisa diziarahi di pulau itu. Memiliki luas sekitar 2600-an hektare, Pulau Rubiah hanya dihuni sepasang suami-istri; Pak Yahya dan Ibu Ismar. Mereka mengisi hidup dan menghabiskan hari-harinya di pulau, bahkan menetap di situ.

Setelah makan siang dan shalat, saya dan teman-teman memutuskan berenang dan menikmati panorama pantai Iboih dengan snorkeling. Katanya spot snorkeling yang paling bagus berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai atau di dekat Pulau Rubiah.

Menurut penjelasan Atun, pantai ini disebut juga Pantai Teupin Layeun. Pantai ini didominasi oleh wisatawan mancanegara dan luar Aceh yang menetap hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Katanya lagi, spot diving di Laut Iboih ini merupakan salah satu spot diving terbaik di dunia. Laut Iboih memiliki gugusan baru karang dan ikan karang yang indah, menyerupai panorama bawah laut di Raja Ampat. Pada malam hari lampu-lampu kecil dari perahu-perahu kecil milik penduduk akan menjelma seperti gugusan bintang.

“Tidak heran jika Iboih selalu disinggahi pelancong dari manca negara dan luar daerah yang betah menetap berminggu-minggu di sini, ” gumamku dalam hati.

Setelah menjajal berbagai kegiatan di Pantai Iboih, kami sepakat menutupnya dengan kulineran. Terlihat para penjual menjajakan aneka makanan dan minuman. Gorengan dan mie tentunya makanan yang paling enak dinikmati di pinggir pantai seperti ini. Untuk pelepas dahaga juga tersedia kelapa muda, sirop dingin, dan aneka minuman lainnya.

Namun kami sepakat mencoba
sate gurita. Sate Gurita menjadi kulineran andalan di pantai cantik ini. Benar, rasanya luar biasa. Perpaduan rasa gurih yang ditambah dengan bumbu khas membuat lidah saya “bergoyang”. Sebelum pulang tak lupa kami berburu foto foto cantik dengan spot-spot unik.

Sungguh menyenangkan menghabiskan waktu di tempat indah nan tenang, ditemani deburan ombak dan hembusan angin.

Ombak yang tenang dan panorama laut yang mengesankan memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi kami.

Akhirnya, kami harus bergegas pulang kembali ke daratan Aceh karena di tunggu Aceh Hebat 2 pukul 5 sore.

Dengan segala keajaiban alamnya yang luar biasa, pribadi destinasi wisata yang memberi banyak keunikan dan pesonanya. Pantai Iboih menjanjikan pengalaman tak terlupakan yang meninggalkan bekas tak terlupakan bagi siapapun yang mengunjunginya.

Termasuk masyarakatnya yang suka bersosialisasi dan
lingkungan yang ramah
membuat kami menikmati kehidupan pantai dengan panorama yang luar biasa.

Namun, sayangnya ada satu budaya masyarakat kita yang sangat miris. Apalagi kalau bukan membuang sampah sembarangan yang sudah mendarah daging. Wisatawan yang berkunjung kesini tanpa segan dan seenaknya membuang sampah di pinggir pantai.

Sedih rasanya hati ini. Masih ada wisatawan yang tidak peduli dengan lingkungan. Padahal tempat sampah cukup banyak tersedia di sekitar mereka.

Tapi ya sudahlah. Kami ingin segera pulang. Keluarga kami sudah menunggu dirumah. Kami rindu mereka.