KABARDAILY.COM – Pertumbuhan waralaba nasional seperti Indomaret dan Alfamart di Banda Aceh telah membawa perubahan besar dalam pola konsumsi masyarakat. Gerai-gerai modern ini menawarkan kemudahan, ketersediaan produk yang lengkap, dan layanan yang cepat, sehingga menjadi pilihan utama konsumen.
Namun, keberadaan waralaba ini juga menimbulkan dampak negatif bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal, yang selama ini menjadi penggerak ekonomi masyarakat Banda Aceh.
Penurunan penjualan menjadi salah satu dampak yang paling dirasakan oleh UMKM setelah masuknya waralaba nasional ini.
Masyarakat cenderung beralih dari produk-produk lokal yang dijual di warung atau pasar tradisional ke produk-produk yang tersedia di gerai waralaba. Akibatnya, banyak UMKM lokal kehilangan konsumen dan pendapatan, bahkan tidak sedikit yang akhirnya terpaksa menghentikan usahanya.
Hal ini juga dipengaruhi oleh ketimpangan dalam persaingan di mana waralaba memiliki modal besar, jaringan distribusi luas, dan strategi pemasaran yang masif. Sedangkan UMKM lokal masih sering terkendala dalam hal modal, pengemasan produk, dan akses ke pasar yang lebih besar.
Kondisi ini menjadi tantangan besar yang memerlukan perhatian serius dari Pemerintah Banda Aceh kedepannya. Kebijakan tegas diperlukan untuk memastikan keberadaan waralaba tidak semakin meminggirkan UMKM lokal di Banda Aceh.
Pasangan calon walikota dan wakil walikota nomor urut 4, Irwan Djohan – Khairul Amal merupakan Paslon yang menaruh perhatian khusus pada permasalahan tersebut.
Pada debat kedua pasangan calong walikota dan wakil walikota yang di selenggarakan KIP Kota Banda Aceh Rabu lalu, Calon wakil walikota nomor 4, Khairul Amal menyatakan secara tegas bahwa usaha waralaba nasional harus bisa mengakomodir produk-produk UMKM lokal Banda Aceh di setiap gerainya.
Dengan kebijakan ini, produk UMKM Banda Aceh, seperti makanan khas, kerajinan tangan, atau produk olahan lainnya, dapat memiliki ruang untuk bersaing dan menjangkau pasar yang lebih luas.
Khairul Amal juga menyatakan bahwa melalui dana corporate social responsibility (CSR) nya, waralaba juga perlu berperan aktif dalam memberdayakan UMKM lokal. misalnya melalui pelatihan peningkatan kualitas produk dan standarisasi pengemasan sehingga produk-produk UMKM lokal sesuai standar dan layak jual di gerai waralaba tersebut dan tempat-tempat lainnya Langkah ini akan membantu UMKM lokal naik kelas, sehingga produknya dapat memenuhi standar gerai modern dan lebih kompetitif di pasar.
Gerai waralaba juga dapat menjadi mitra distribusi strategis bagi UMKM lokal. Misalnya, produk-produk unggulan UMKM Banda Aceh dapat dipasarkan tidak hanya di gerai setempat, tetapi juga di jaringan waralaba di luar Banda Aceh. Dengan cara ini, UMKM lokal tidak hanya mempertahankan eksistensinya, tetapi juga memperluas pasar hingga ke tingkat nasional.
Hal ini sangat tergantung kepada kemauan Pemerintah Kota Banda Aceh untuk mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada UMKM lokal dan bagaimana pemerintah bisa melihat waralaba di Banda Aceh sebagai peluang bagi UMKM lokal untuk berkembang. Sehingga waralaba tetap ada di Banda Aceh dan UMKM lokal tetap bisa bertahan dan didorong untuk naik kelas. [ IZZAH ]