fbpx

Matahari Primadona Indonesia Itu Bersinar Kembali

  • Oleh : Feri Irawan*

KABARDAILY.COM  |  REPORTASE WARGA – Bulutangkis sudah sejak lama jadi cabang olahraga primadona di Indonesia, setelah sepakbola. Entah kenapa saya selalu menanti dan mendukung dengan setia atlet-atlet bulutangkis bertanding di kejuaraan, entah itu saat bergelimang prestasi maupun saat terpuruk dan seret prestasi sekalipun. Semenjak saya kelas satu SMP tahun 1990-an sampai sekarang pun masih terus menyimak baik melalui media massa, televisi, dan media online. Tulisan singkat ini juga sebagai apresiasi atas keberhasilan Indonesia “mengkudeta” Arena Birmingham, Inggris, dalam gelaran All England 2024.

Melansir dari berbagai sumber, Indonesia dikenal secara luas sebagai rajanya bulutangkis dunia. Dari rentang 1970-an hingga sekarang, Indonesia selalu bisa menghasilkan para juara. Sehingga tak heran jika Indonesia begitu disegani, oleh negara-negara yang saat ini bulutangkis-nya juga maju seperti China, Korea, Jepang, Malaysia, Denmark, India, dan Thailand

Sampai saat ini, tetap saja Indonesia jadi salah satu kiblat bulutangkis dunia, ya meski sudah ada juga negara-negara yang mampu menggeser dominasi Indonesia.
Teranyar, saat Piala Thomas dan Uber tahun 2022 dimenangkan India dan Korsel.

Sementara, dari arena All England, atlet dari negara Indonesia, pernah berjaya di All England dan menyabet gelar juara. Dalam 10 tahun terakhir, tim ganda putra dan ganda campuran tak jarang meraih hasil yang luar biasa. Kedua sektor tersebut beberapa kali berhasil memimpin dan akhirnya meraih gelar juara.

Di All England 2022 misalnya, gelar juara diraih oleh Bagas Maulana dan Muhammad Shohibul Fikri dari tim ganda putra. Pasangan ganda putra lainnya, yakni Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Marcus Gideon/Kevin Sanjaya juga sering dijagokan dalam turnamen ini. Paling anyar, pada gelaran tahun 2023 lalu, tim ganda putra Indonesia berhasil meraih juara melalui Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto.

Sementara tim ganda campuran. Praveen Jordan/Melati Deva, Praveen Jordan/Debbie Susanto, dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga pernah menyabet gelar juara di turnamen tersebut.

Ada rasa bangga ketika duta-duta tanah air mampu meraih hasil maksimal di kejuaraan All England. Mengapa demikian? Karena All England (All England Open Badminton Championships) adalah salah satu kejuaraan bulu tangkis tertua dan paling prestisius di dunia. Apalagi All England masuk kategori Super 1.000 dan diikuti oleh semua pebulu tangkis terbaik dunia. Ditambah prestasi para pemain sekarang boleh dikatakan berimbang dan makin banyak. Kalau pada masa lalu All England, momok bagi para pemain hanya pemain Indonesia, China, dan Denmark. Tapi kini pemain Jepang, Korea Selatan, India, Malaysia, Singapura, Thailand, Hong Kong, Chinese Taipei, Spanyol, Inggris, Bulgaria, Belanda, dan Prancis semakin berkembang.

Namun tidak halnya dengan sektor tunggal putra, tunggal putri dan ganda putri yang sering nirgelar.

Terakhir kali tunggal putra Indonesia menginjakkan kaki di arena final turnamen tertua di dunia itu adalah Budi Santoso pada gelaran tahun 2002.

Anomali di All England 2024

Setelah 30 tahun menanti, Indonesia akhirnya memiliki juara tunggal putra dari All England 2024. Adalah Jonathan ‘Jojo” Christie yang menjuarai tunggal putra turnamen bulu tangkis paling prestisius ini, setelah usai mengalahkan rekan latihan di pelatnas bulu tangkis, Anthony Sinisuka Ginting dua set langsung dengan skor 21-15 dan 21-14.

Jojo memastikan terjadinya final tunggal putra sesama Indonesia setelah mengalahkan pebulutangkis India, Laksya Sen
di semifinal pada pertandingan di Arena Birmingham, Inggris

Sementara Ginting melangkah ke final setelah menyudahi perlawanan pebulutangkis Prancis Cristo Popov.

Ginting dan Jojo merupakan dua tunggal putra Indonesia yang menginjakkan kaki di arena final turnamen bulu tangkis tertua di dunia itu sejak 2002.

Artinya Indonesia berhasil mengunci gelar juara lebih awal setelah dua wakil tunggal putranya yakni Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting sama-sama lolos ke final.

Keberhasilan Jojo dan Ginting menciptakan All Indonesian Final menjadi penanda kesuksesan 11 kali tunggal putra Indonesia menempati podium tertinggi dalam ajang prestisius di olahraga tepok bulu tersebut dan menegaskan posisi keduanya pantas sebagai ujung tombak prestasi Merah Putih

Pertemuan dua pemain tunggal putra Indonesia di babak final, membuat Indonesia menorehkan penampilan keempat di final All England di sektor tunggal putra pada turnamen BWF Super 1000 ini.

Dengan demikian Jonatan Christie menjadi pebulutangkis keenam dari Indonesia yang menjuarai nomor tunggal putra ajang bergengsi di dunia bulutangkis tersebut. Penantian selama 30 tahun untuk membawa lambang supremasi bulu tangkis all england itu kembali ke Indonesia diwujudkan Jojo.

Sebelumnya, skuad Indonesia mendapat trofi juara tunggal pu ygtra terakhir kalinya pada All England 1994 lewat Hariyanto Arbi.

Ya, saat itu, baik Jojo dan Ginting belum lahir ketika Indonesia meraih juara All England sektor tunggal putra terakhir kali pada 1994.

Indonesia justru berhasil mendominasi podium gelar juara dengan dua kemenangan tahun ini.

Satu gelar lainnya didapat Indonesia lewat pasangan ganda putranya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Dengan Fajar/Rian mempertahankan gelarnya, Indonesia mencetak hattrick juara dengan tiga gelar ganda putra secara beruntun sejak 2022.

*Penulis penggemar olahraga dari Bireuen.