Nuzulul Quran Tonggak Literasi
- Oleh :Juwita
Opini,kabardaily.com – Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha mulia. Yang mengajarkan dengan Qalam (pena). Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”Surah Al-Alaq 1-5.
Umat Islam yang mencintai Al-Qur’an di muka bumi pasti tidak asing lagi dengan ayat tersebut, merupakan wahyu pertama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril pada malam yang disebut Nuzulul Qur’an. Manusia di dunia menjadikan peristiwa tersebut sebagai tonggak awal sejarah literasi islam.
Malam 17 Ramadhan Tahun ke 41 Kelahiran Nabi Muhammad SAW yang juga bertepatan pada Tahun 610 M merupakan malam terjadinya peristiwa Nuzulul Qur’an, pada saat itu Nabi Muhammad SAW sedang melaksanakan Khalwat atau mengasingkan diri ditempat sunyi tepatnya di gua hira’.
Momen wahyu pertama ini turun, Rasulullah SAW dalam keadaan buta huruf tidak bisa membaca, Malaikat Jibril yang diutus oleh Allah SWT memerintahkan Rasulullah untuk membaca “Iqra” (Bacalah).
Wahyu yang pertama tersebut adalah surah Al-Alaq yang terdiri dari ayat 1 sampai dengan 5. Ayat ini menjadi inspirasi, motivasi, sekaligus penggerak umat islam bahkan seluruh umat manusia di dunia untuk memperoleh ilmu pengetahuan melalui kegiatan membaca, baik membaca tersirat maupun membaca tersurat.
Tonggak sejarah peristiwa Nuzulul Qur’an saat itu dijadikan momentum membaca dan menulis untuk menterjemahkan kegiatan yang dilakukan Rasulullah SAW, para sahabat Nabi, ulama pada zaman dahulu, sehinga lahirlah musaf-musaf Al-Qur’an. Aplikasi kemampuan literasi para ulama terdahulu mulai dari membaca Al-Qur’an, hadist Nabi sehingga islam saat itu dapat menguasai peradaban ilmu pengetahuan yang sangat tinggi dan kitab-kitab serta menghasilkan berbagai macam karya dibidang ilmu pengetahuan.
Secara keseluruhan Al Qur’an mengarahkan kita pada sifat literasi, literasi bukan hanya menerjemahkan suatu kenyataan akan tetapi bagaimana kita mampu memahami, mengubahnya dan menerapkan secaa konprehensif. Tanpa literasi Tuhan diam, sastra akan bisu, sains teknologi macet dan tidak berkembang, dan semua sektor sosial kemanusiaan dalam kegelapan, Hablumminallah dan Hablumminannas tidak akan tercipta.
Peristiwa Nuzulul Qur’an telah menguatkan hati Rasulullah dan para sahabat untuk berjuang dan berdakwah dalam menyiarkan agama islam kepada suluruh umat manusia walaupun perjuangan tersebut tidak mudah karena Rasulullah dan para sahabat banyak mendapatkan cemoohan, ejekan serta hinaan dari para kaum pembenci islam.
Maka jadikanlah momentum perjuangan dan dakwah Nabi ini bagi umat manusia untuk kita meneladaninya dan mengimplementasi dalam kehidupan, dengan terus semangat dalam belajar baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat , kerja keras pantang menyerah, penuh integritas, penuh keikhlasan dan jujur untuk kemaslahatan dan manfaat bagi makhluk lain.
Oleh karena itu, bila manusia benar-benar dapat memaknai Nuzulul Qur’an dan ayat yang diturunkan secara tersirat, apalagi kita umat Nabi Muhmamad SAW maka akan memberi spirit literasi yang diterapkan dalam kehidupan ini dengan penuh istiqamah.
Peringatan Nuzulul Qur’an yang setiap tahun diperingati, kita berharap bukan sekedar seremonial yang kita meriahkan pada setiap tanggal 17 Ramadhan, akan tetapi kita dapat lebih giat dan semangat dalam upaya meningkatkan literasi baca Al-Qur’an sehingga kita menjadi insan yang cinta Al-Qur’an dan berperilaku terpuji, literasi baca tulis dalam upaya menjadikan generasi yang tidak buta huruf, literasi sains dengan tujuan agar dapat meninggkatkan kwalitas ilmu pengetahuan alam dan dunia fisik serta mengetahui kompleksitas hakikat dari ciptaan ALLAH SWT sehinga dapat menambah keimanan, literasi teknologi digitalisasi dimana diharapkan kita menjadi pribadi yang kritis dalam berpikir untuk memahami informasi, menggunakan teknologi dengan bijak dan mampu mengaplikasi dalam kehidupan untuk hal positif dan diridhai Allah SWT, literasi budaya dan kewarganegaraan yang baik, dimana kita mampu menjaga nilai-nilai budaya islami ditengah degradasi nilai budaya luar yang jauh dari budaya islami.
Sehingga dapat meningkatkan nilai ibadah kita kepada Allah SWT sehingga ladang pahala akan dihamparkan kelak dihadapan kita oleh Allah SWT.
Fenomena nyata dapat kita lihat bersama,
memahami makna literasi secara konpehensif, baik dan benar sudah semakin berkurang, bahkan tidak jarang era teknologi moderen banyak generasi sekarang dengan cepat terpengaruh berliterasi dalam hal negatif.
Maka marilah peristiwa penting yang terjadi pada 17 Ramadhan melalui mukjizat Nabi Muhammad SAW kita maknai dengan perilaku dan aksi nyata berliterasi, tentunya sesuai dengan tugas masing-masing yang diamanahkan, baik dalam rumah tangga, lingkungan masyarakat, lingkungan kerja dan lingkungan lainnya.
Sejatinya literasi yang pertama dan utama diturunkan kepada Nabi Kita Muhammad SAW, sungguh kita termasuk manusia yang celaka, mengakui umat Nabi Muhammad SAW tetapi tidak berperilaku dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang diajarkan karena kemampuan berliterasi kita yang tidak baik dan salah.[]