Hati Nurani
- Oleh : Juwita
Opini,kabardaily.com – Semua orang memiliki hati tapi tidak semuanya memiliki nurani, mungkin ini fenomena yang dapat kita saksikan saat ini. Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan wujud sempurna dan mulia di muka bumi ini. Allah SWT menganugerahi akal, nafsu, dan hati nurani pada diri manusia, dan derajat mereka ditinggikan melebihi makhluk ciptaan Allah lainnya. Manusia diberikan kebebasan untuk memilih jalannya sendiri antara yang benar dan buruk, hak dan bathil dan keduanya dapat dibedakan bila seseorang memiliki hati nurani yang baik.
Apa sebenarnya hati nurani itu ?. Hati nurani berasal dari bahasa Latin yaitu Conscientia yang berarti kesadaran. Hati nurani juga bisa disiratkan sebagai suara hati, suara batin, atau kata hati. Jika didefinisikan secara luas maka hati nurani adalah kesadaran moral yang tumbuh di dalam hati manusia dan mempengaruhi tingkah laku seseorang untuk bertindak.
Hati nurani erat kaitannya dengan kesadaran diri, maknanya adalah bila seseorang yang mempunyai hati nurani berarti ia memiliki kesadaran untuk membedakan antara tindakan positif dan negatif, yang hak atau bathil, benar atau salah. Biasanya hati nurani muncul dalam bentuk bisikan halus yang datang dari sanubari dan jiwa paling terdalam.
Secara umum hati nurani dapat kita bedakan dalam 2 tipe, yakni tipe hati nurani retrospektif dan hati nurani prospektif.
Hati nurani retrospektif adalah ketika seseorang merasa bersalah terhadap atas tindakan dirinya di masa lampau, terus dihantui rasa bersalah sehingga mencapai pada titik menghakimi diri sendiri, memiliki rasa penyesalan dan menyalahkan dirinya.
Contohnya, setelah seseorang berbohong kepada orang lain, meskipun sudah meminta maaf dan sudah berkata jujur, juga sudah dimaafkan oleh orang yan kita sakiti akan tetapi tetap hati nurani masih merasa bersalah dan menyesal.
Hati nurani tipe prospektif adalah tindakan nurani seseorang menilai perbuataanya di masa depan atau yang sedang dilalui saat ini dengan pertimbangan sebab akibat. Biasanya ditandai dengan munculnnya penolakan-penolakan dalam benak hati nurani. Contohnya, ketika seorang pejabat mendapat fee yang tidak sesuai hak dari jabatannya, maka apabila pejabat tersebut hati nuraninya tipe prospektif pasti cenderung menolak.
Hati nurani identik dengan budi pekerti, maka hati nurani juga perlu pendidikan sebab hati berperan sebagai pemandu kehidupan. Bila seseorang diajarkan tentang akhlak dan moral yang benar sesuai syariat agama sejak dini dari kecil, maka seseorang akan tumbuh menjadi pribadi yang santun sesuai nuraninya.
Namun demikian, seiring berjalan waktu seseorang belum tentu bisikan hati itu terus selalu baik, adakalanya seseorang dititik tertentu karena kondisi tertentu bisa memiliki isi hati yang kotor. Hal ini pasti akan membuat hidupnya tidak tenang.
Hati Nurani Dalam Sudut Pandang Islam
Menurut mayoritas orang islam dan para ulama, hati nurani menurut islam sering disebut sebagai “Qalbu”. Qalbu sendiri berasal dari bahasa arab “Qalb”, dimana Qalb adalah bentuk mashdar dari akar Qalaba, Qalban, Yaqlibu yang berarti memalingkan atau membalikan.
Menurut Sa’ad Hawwa , Qalbu itu adalah rasa ruhaniyah yang halus yang berkaitan dengan hati jasmani dan merupakan hakikat diri manusia.
Menurut iman Al-Ghazali, qalb dapat diartikan 2 makna. Pertama qalb merupakan sepotong daging (Jantung) yang terletak di kiri dada manusia. Yang kedua, qalb merupakan Lathifah-Rabbaniyah- Ruhaniyyah yaitu sesuatu yang bersifat halus (tidak bisa dilihat dengan mata kepala namun hanya bisa dilihat oleh mata batin), berhubungan dengan Ketuhanan, dan bersifat ruhaniah.
Qalbu jasmaniah berarti organ tubuh manusia yang tugasnya memompa darah, yakni jantung. Definisi ini berpacuan pada hadist populer yang dijelaskan oleh An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Muhammad SAW bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).”(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Qalbu Ruhaniah
Qalbu ruhaniah adalah sesuatu yang berhubungan dengan perasaan batin dan tidak kasat mata. Sebagaimana yang terdapat dalam hadist riwayat Ibnu Maja:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ
“Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan akan terbentuk bercak hitam di qalbunya.” (Hadist Riwayat Ibnu Majah)
Hati Nurani Berdasarkan Al-Quran
Dalam Al-Quran, kata qalb sendiri telah disebutkan sebanyak 132 kali. Allah Azza Wa Jalla menjelaskan bahwa hati nurani (qalbu) manusia itu mudah terbolak-balik, bisa menjadi tempat bersarangnya penyakit, dan bisa pula sebagai tanda keimanan seseorang.
Hati nurani manusia mudah berbolak-balik.
Allah SWT menjelaskan bahwa hati nurani manusia itu mudah berubah. Kadangkala di jalan yang benar dan adakalanya manusia menjadi khilaf.
وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَ أَبْصَارَهُمْ
“Dan Kami bolak-balikan hati mereka dan penglihatan mereka.” (QS. Al-An’am: 110).
Hati nurani manusia bisa menjadi tanda keimanan.
Hati nurani manusia juga bisa menjadi pertanda keimanannya. Seseorang yang ta’at kepada Allah, hatinya akan bergetar bila mendengar ayat-ayat Al-Quran dilantunkan.
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَا
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu Al-Qur’an) yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya.” (QS. Az-Zumar: 23)
Hati nurani manusia bisa membeku
Manusia yang lalai dengan dunia, terlena dengan nikmat duniawi, tamak dan rakus akan harta, jarang ingat Allah SWT dengan berzikir, seolah-olah akan hidup selamanya hingga lupa akan mati, maka hatinya akan mengeras bagaikan batu dari peringatan-peringatan yang Tuhan berikan. Mereka adalah orang-orang yang disesatkan oleh Allah SWT dan tertutup hatinya dari kebenaran.
مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاء وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّهِ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Kemudian hati-hati mereka menjadi keras setelah itu, maka ia pun laksana batu, atau bahkan lebih keras lagi [ketimbang batu]. Padahal, sesungguhnya di antara batu-batu itu ada yang mengalirkan sungai-sungai darinya. Sungguh, di antaranya juga ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya. Sungguh, di antaranya juga ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa saja yang kamu kerjakan.” (Q.s. al-Baqarah: 74)
Hati nurani adalah sarang penyakit
Penyakit yang dimaksud disini bukanlah penyakit fisik. Melainkan penyakit hati seperti dengki, iri, dendam, sombong, dusta, dan sejenisnya. Penyakit –penyakit hati seperti biasanya menimpa orang-orang munafik dan terlupa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Di dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah penyakit tersebut, dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih akibat apa yang mereka dustakan.” (Qs. al-Baqarah: 10)
Dalam pandangan Islam hati nurani merupakan cerminan peilaku diri seseorang. Memelihara hati nurani agar tetap terpuji hendaknya kita terus mengingat Allah setiap saat, mensyukuri dengan tindakan yang baik, terus saling berbagi sesuai kemampuan, memperbanyak berzikir, senang membaca Al-Quran, meningkatkan iman dan takwa, meningalkan sifat terrcela, menjauhi hal-hal negatif yang sifatnya tidak memberikan manfaat, serta berpegang teguh pada hukum Allah SWT.
Usaha dan do’a bersama, semoga kita dapat meningkatkan intensitas positif dari hati nurani agar menjadi manusia yang berkah dunia akhirat.