BIREUEN,KABARDAILY.COM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bireuen melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) menggelar acara bedah buku “Sejarah Pembentukan Kabupaten Bireuen” di Ruang Baca Umum Dispusip, Rabu (28/5/2025).
Plt Kepala Dispusip Bireuen, Dailami, S.Hut, M.Ling dalam sambutannya menyebutkan agenda ini sangat penting khususnya generasi muda, untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan tentang sejarah Bireuen, bukan hanya sebagai sebuah Kabupaten, namun jauh sebelumnya sejak awal kemerdekaan, bahkan pernah jadi ibukota ketiga Republik Indonesia pada Juni 1948, setelah Jakarta dan Jogyakarta.
Selain itu, bedah buku ini, menurutnya juga untuk memberikan masukan dan saran agar pada cetakan selanjutnya ada tambahan dan perbaikan untuk lebih lengkap.
“Silahkan para peserta untuk memberikan catatan kepada penulis agar buku ini lebih sempurna lagi,” sebutnya.
Narasumber kegiatan yaitu Bupati Bireuen 2020-2022, Dr.Muzakkar A.Gani, SH, M.Si yang juga seorang pelaku aktif proses pembentukan Kabupaten, Dr.Jufliwan M Ali, Kepala Dinas Pendidikan Dayah Kabupaten Bireuen selaku penulis buku.
Hadir H Sofyan Ali dan H Zulkifli Ali (Chekdun) yang merupakan tokoh pendiri Bireuen. Ada Mukhlis Aminullah dan Novera Kusumawati Putri, dua aktivis literasi Bireuen serta para guru, mahasiswa, relawan perpustakaan gampong, pelajar di lingkungan Kabupaten Bireuen.
Muzakkar A Gani dalam paparannya lebih menekankan pada proses buku ini lahir yaitu saat yang bersangkutan menjabat Bupati, menugaskan secara khusus agar Jufliwan, Kepala Dispusip saat itu, yang sedang menyelesaikan Doktoral, agar menulis buku ini.
“Saya terlibat langsung pada saat pembentukan Kabupaten Bireuen, bahkan saya hampir kena peluru nyasar, saat itu masa konflik. Tapi soal isi buku detail, nanti Pak Jufliwan saja yang kupas tuntas,” sebut mantan pejabat Aceh, era Gubernur dr.Zaini Abdullah.
Pada sesi kedua, Jufliwan, menguraikan rumitnya menulis buku sejarah, karena harus banyak membaca buku sejarah lainnya. Ia juga harus mengumpulkan bukti-bukti otentik sebelum proses penulisan dimulai.
“Khusus terkait pembentukan Bireuen, banyak dokumen hilang. Saya harus menemui banyak tokoh, mewawancarai mereka dan membuat testimoni,” sebut tokoh Bireuen ini.
Ia juga menyebutkan keterbatasan waktu, saat itu, hanya 8 (delapan) bulan, sehingga buku belum lengkap.
“Kami menerima masukan, agar pada cetakan selanjutnya lebih lengkap lagi,” katanya.
Sementara itu H Sofyan Ali, memberi apresiasi atas terbitnya buku ini. Ia berharap buku ini menjadi rujukan bagi generasi muda Bireuen, agar kecintaan terhadap Bireuen sebagai “Kota Juang” terus terpatri dalam sanubari.
Acara yang dipandu Siti Arpiyah, pustakawan Sekolah Sukma Bangsa sebagai moderator ini, sangat menarik dan disambut baik oleh puluhan peserta, hingga proses tanya jawab berlangsung seru.
Buku “Sejarah Pembentukan Kabupaten Bireuen” ini bukan hanya membahas tentang proses pembentukan kabupaten dari awal hingga saat ini, tapi juga mengulas Bireuen jauh sebelumnya. (MA)