fbpx

Ulama Aceh Penulis Tafsir Al-Quran Pertama di Nusantara

Banda Aceh,kabardaily.com – Seminar Literasi Digital Karya Ulama Aceh yang digelar Lembaga Ta’lif wan Nasyr Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (LTN PWNU) Aceh menemukan jejak kitab tafsir Al-quran terlengkap pertama di nusantara adalah hasil karya ulama Aceh.

Hal itu diungkapkan A Ginanjar Sya’ban, filolog sekaligus pengurus LTN PBNU yang banyak mengkaji manuskrip ulama asal Aceh. Seminar Literasi Digital dengan tema: Memanfaatkan era digital untuk mengenalkan karya besar ulama Aceh” terselenggara berkat dukungan Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kominfo) dan PBNU.

Hadir sejumlah narasumber nasional dan lokal, yaitu A Ginanjar Sya’ban, filolog dan pengurus LTN PBNU, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H Faisal Ali, dan Ketua LTN PWNU Aceh, As’adi M Ali.

Acara yang dilaksanakan di Aula Biro Rektor UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh, Senin (29/08/2022) itu dihadiri sekitar 200 peserta dari unsur pemerhati sejarah Aceh, ulama, akademisi, organisasi kemasyarakatan dan pemuda, santri dan mahasiswa. Sejumlah peserta lainnya dari kabupaten/kota di Aceh juga hadir secara virtual melalui aplikasi Zoom Meeting.

Menurut Ginanjar, kitab tafsir Al-quran terlengkap pertama di nusantara berjudul Tarjuman al-Mustafid tersebut ditulis oleh Syaikh Abdul Rauf Singkil pada tahun 1693 Masehi. Kitab tersebut ditulis dalam bahasa Jawi atau Melayu aksara Arab atas saran Ratu Safiatuddin.

Selain kitab tafsir Syaikh Abdul Rauf Singkil, Ginanjar juga mengungkapkan banyak manuskrip karya ulama Aceh tempo dulu yang kini tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda, dan juga di perpustakaan Al-Azhar, Mesir.

“Di sana juga terdapat kitab tasawuf karya Syaikh Abdul Rauf Singkil lainya yang ditulis dalam bahasa Arab,” sebutnya.

Di Perpustakaan Universitas Leiden pula terdapat kitab karya Syaikh Abbas Bin Muhammad Kuta Karang yang disalin T Nyak Banta, Panglima XXVI, tahun 1891.

Menurut Ginanjar, Aceh adalah kiblat utama dalam sejarah tradisi keilmuan Islam di kawasan Asia Tenggara. Daerah dengan syariat Islam ini juga memiliki kekayaan khazanah sejarah peradaban Islam yang melimpah ruah.

“Mulai dari artefak, catatan sejarah, arsip dan juga manuskrip karya ulama. Bahkan tradisi penulisan karya ulama Nusantara bermula dari Aceh.” Jelas Ginanjar.

Beberapa karya ulama Aceh, tutur dia, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Nuruddin ar-Raniry, dan Abdul Rauf Singkil adalah tonggak kebangkitan kitab kesusastraan Melayu-Nusantara Klasik. “Ulama Aceh mengilhami juga karya-karya ulama wilayah kepulauan Asia Tenggara generasi berikutnya,” tutur Ginanjar.

Sementara Ketua MPU Aceh, Tgk H Faisal Ali memaparkan tentang empat tahapan yang harus dipahami seseorang dalam belajar beragama di dunia maya, yaitu mengenal tahapan dan prioritas belajar, memilih guru, selektif dan tabayyun terhadap konten, serta menentukan chanel belajar agama di dunia maya.

Tetapi, Abu Faisal mengingatkan bahwa belajar agama dengan hadir ke majelis ilmu di masjid dan pesantren juga harus dilakukan.

“Apalagi praktek shalat, tidak bisa dilakukan secara virtual,” ujarnya.

Dalam memilih guru, menurut Abu Faisal, juga sebaiknya memilih guru bersanad. Juga sangat penting bagi seseorang untuk memilih konten yang bermanfaat untuk kepentingan agama dan mencerminkan akhlakul karimah.

Ketua LTN PWNU Aceh, As’adi M Ali MA mengatakan, Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) adalah lembaga infokom dan publikasinya Nadhlatul Ulama (NU). Dalam menjalankan misi dakwanya, LTN mempunyai beberapa program strategis, yaitu menerbitkan dan mempublikasi kerya-karya ulama dalam bentuk digital, serta mengelola media informasi yang bermaterikan dakwah dan infomasi yang benar.

Saat ini, secara nasional, NU memiliki website nuonline (nu.or.id) yang menjadi rujukan umat Islam di tanah air. “Khususnya rujukan yang berfaham Ahlaussunnah wal Jama’ah,” kata As’adi.