Sekda yang Paling Diingat
- Khairuddin MPd, Kepala SMA Negeri 1 Matangkuli
kabarsaiky.com – Sekda Aceh Pak Taqwallah diganti oleh pak Bustami seolah menjadi trending di kalangan guru Aceh saat ini. Tanggapan positif dan negatif tentu saja hal yang normal di kalangan netizen. Saya lebih senang memandang secara objektif pencapaian kinerja.
Lets say, dulunya hampir tidak ada guru yang mengenal Sekda bahkan kepsek sekali pun tak mengenal beliau. Pak Taqwallah beda, beliau dikenal bahkan sampai penjaga sekolah. Itu artinya beliau ngeblusuk memperhatikan langsung kondisi sekolah.
Program BEREH bagi sy patut kita apresiasi. Wajah sekolah benar2 menjadi perhatian, bersih, estetis dan hijau. Lalu ada yg bilang, buat apa sekolah berbunga-bunga sementara kualitas pendidikan suram. Eitss, jika lingkungan sekolah gersang, ilalang yang semak, apa bisa nyaman belajar anak-anak. Tetiba sekolah heboh karena ular melintas, anak-anak menjerit tidak belajar lagi.
Program presentasi bersama sekda mgkn membuat kita sebal, apa sih maknanya ngumpulin kertas yang kemudian presentasi hanya 2 menit lalu tanpa evaluasi. No !!. Sy pikir Sekda Taqwallah sudah memulai dengan baik. Bukankah satuan pendidikan wajib membuat Rakor. Guru dan perangkat utama sekolah wajib presentasi program kerjanya di hadapan kepala sekolah. Itu bagus banget, sebagai langkah awal memantapkan program kerja.
Kepala Sekolah juga presentasi di depan Kadisdik dan Sekda menunjukkan target tahunan pimpinan pada sekolah yang dipimpin. Meu’ah beuh, bukankah dulunya banyak kepsek tidak punya visi membangun pendidikan di satuan pendidikannya. Sekda Taqwallah merapikan itu. SMA harus fokus pada standar ketuntasan lulusan menuju perguruan tinggi, SMK harus cakap pada bursa kerja sementara SLB harus membangun kemandirian peserta didik.
Hanya mungkin perlu pembenahan cara presentasi yang tidak perlu tergesa-gesa agar siapa tahu ada inspirasi yang dapat digali dari satuan pendidikan lain.
Program Dzikir Pagi, terlepas dari rencana awal untuk mendoakan pandemi segera berlalu, sebenarnya memiliki efek yang bagus. Guru dibiasakan lebih pagi. Banyak satuan pendidikan yang gurunya datang ketika jam mengajar tiba. Melalui dzikir pagi, guru yang tidak punya jam pagi, bisa “ditekan” untuk menjadi piket zoom bersama sekda. Bukankah bagus untuk membangun budaya disiplin di kalangan guru.
Sapa antar sekolah menjadi sesuatu menarik ketika melihat sekolah mempersiapkan diri lebih baik. Jika program ini dilanjutkan, sepertinya tidak perlu setiap pagi nge-zoom dengan sekda. Sekolah membiasakan dzikir di tempat masing-masing, budaya pagi yang sudah terbangun tetap dipertahankan. Seminggu sekali kita nge-zoom bersama Sekda.
Apa pun yang sudah baik di masa lalu tetap dipertahankan, sesuaikan saja dengan kebutuhan kekinian. Terimakasih Pak Taqwallah dan selamat bekerja pak Sekda Bustami.
Sy tutup tulisan ini dengan quote dari Dr. Hafifuddin, M.Ag yang hari ini dipanggil Allah SWT : Kebaikan yang kau lakukan tidak akan pernah mengandung kebenaran 100%, pasti saja ada celah. Begitulah sejatinya kebenaran manusia.