Putra Piyeung terpilih sebagai ketua umum Taman Pelajar Aceh – Yogyakarta

YOGYAKARTA,KABARDAILY.COM – Setelah vakum hampir satu periode (2 tahun), Taman Pelajar Aceh (TPA) menyelenggarakan Musyawarah Besar (Mubes) ke-XXXV di Bale Gadeng, Sagan, Yogyakarta, pada Minggu, 15 Desember 2024. Mubes ini menetapkan Muhammad Mufariq Muchlis terpilih sebagai Ketua Umum TPA Yogyakarta. Mubes ke-XXXV mengusung tema “Mengokohkan Organisasi, Memperkuat Sinergi”, dengan tujuan menghidupkan kembali organisasi yang telah lama mati suri.

Agenda mubes ini dihadiri oleh ratusan masyarakat Aceh yang mayoritasnya terdiri dari golongan mahasiswa. Dalam pelaksanaannya, acara ini berjalan dengan lancar dan damai, serta selesai dalam satu malam.

Mubes dibuka oleh Plt. Ketua umum Taman Pelajar Aceh Muhammad Ikhsan yang juga sebagai steering committee. Ikhsan memberikan sambutan mengenai regenerasi organisasi TPA. “TPA yang sudah lama vacum ini harus dihidupkan kembali dan harus dilanjutkan sebagai wadah perkumpulan pelajar, mahasiswa hingga masyarakat Aceh yang ada di Yogyakarta”.

Mubes ini terdiri dari tiga sidang pleno dikarenakan beberapa waktu yang lalu sempat dilaksanakan musyawarah besar luar biasa (mubeslub) TPA di asrama Aceh Sabena. Sidang pleno satu membahas tentang tata tertib pemilihan, sidang pleno dua membahas tentang AD/ART, dan sidang pleno tiga membahas tentang mekanisme pemilihan serta dilanjutkan dengan pemilihan dan penetapan ketua umum Taman Pelajar Aceh.

Mekanisme pemilihan diatur oleh Komisi Pemilihan Umum TPA yang diketuai oleh Adrian. Seminggu sebelum dilaksanakan mubes, KPU TPA membuka pendaftaran calon ketua TPA hingga tanggal 14 Desember 2024 dan diperpanjang hingga pukul 12.00 tanggal 15 Desember 2024. Penambahan waktu pendaftaran ini karena hanya ada satu calon yang mendaftar dan lolos verifikasi berkas, yang diantaranya terdapat dukungan dari masyarakat Aceh minimal 50 orang dibuktikan dengan KTP.

Muhammad Mufariq Muchlis merupakan calon tunggal hinggga diselenggarakan mubes, yang sudah mempersiapkan diri dan mendaftar dalam waktu yang sudah ditentukan sejak awal oleh KPU TPA. Dalam pleno ketiga, terdapat salah satu peserta mubes yang menyalahkan KPU TPA karena dianggap terlalu terburu-buru dalam menutup pendaftaran.

Pada saat yang sama juga terdapat peserta yang mengajukan pemilihan dengan melawan kotak kosong. Namun untuk mempersingkat waktu, calon tunggal langsung ditetapkan menjadi ketua umum TPA terpilih seara aklamasi setelah ditest kompetensi oleh peserta mubes. Diantaranya adalah membaca ayat suci Al Quran, pemaparan visi misi hingga pertanyaan dari audiens.

Dalam pemaparan visi misi, Mufariq menjelaskan bahwa Aceh memiliki masyarakat yang etnisnya beragam bahkan setiap kabupaten kota memiliki perbedaan dan ciri khas sendiri, walaupun masih satu etnis. “Kita harus bersatu semuanya, dengan bersatunya semua etnis dan suku yang ada di Aceh kita bisa saling bertukar pengalaman, budaya dan pengetahuan. Kita pun di sini merantau untuk belajar, bukan untuk bermusuhan apalagi mencari musuh”.

Ia juga akan menggelar agenda seni budaya yang ada di Aceh, dari wilayah dan etnis yang berbeda. “Salah satu cara yang terbaik dalam mempersatukan adalah dengan mengadakan acara seni dan budaya ke-Acehan di Yogyakarta dan kita harus bersatu semuanya terkhusus di tanah perantauan yang istimewa ini”.

Dengan terpilihnya ketua baru ini, diharapkan dapat membawa perubahan dan meng _engkol_ kembali roda organisasi TPA yang sudah mati suri ini serta menjadi wadah perkumpulan yang baik bagi seluruh pelajar, mahasiswa dan masyarakat Aceh di Yogyakarta.