Oleh : Juwita SPd*
SANTERDAILY.COM |ACEH BESAR—Pada 2 Januari 2019 merupakan hari dimana penulis membaca informasi di media sosial facebook tentang Penerbitan Buku Antologi Puisi dengan tema “Menuju Pendidikan Berkwalitas Abad 21” oleh satu akun 1001 Puisi Guru Indonesia.
Uraian status di akun tersebut menyatakan bahwa masa depan Indoneisa yang menyala adalah cita-cita.
Dilatarbelakangi kurangnya media ekspresi, gairah berkarya, apresiasi, semangat kompetensi, inspirasi, kepedulian, minat baca, penanaman pendidikan karakter, penggalaian nilai-nilai kehidupan secara mandiri, dan pelatihan kompetensi untuk semua kalangan pendidik, maka pengembangan budaya literasi adalah caranya.
Gerakan menulis buku adalah sebuah program pengembangan pengetahuan, kompetensi, dan kwalitas karakter melalui penguatan budaya literasi sebagai upaya kita bersama untuk meraih cita-cita.
Penulisan buku antologi 1001 puisi guru Indonesia ini diharapkan dapat menjadi salah satu media apresiasi, memicu gairah berkarya, dan memunculkan inspirasi untuk meningkatkan minat baca dan menulis buku dikalangan pendidik.
Syarat yang disampaikan melalaui akun tersebut yakni peserta dari kalangan guru, mahasiswa FKIP, dan masyarakat yang bergerak di dunia pendidikan, bertema dunia pendidikan, naskah puisi karya asli bebas plagiasi dan unsur SARA, setiap peserta mengirimkan tiga puisi terbaiknya, pengiriman naskah mulai 1 Desember 2018 sampai dengan 31 Januari 2019.
18 Januari penulis mengirimkan tiga puisi ke email yang disediakan.
Tiga judul puisi yang penulis kirim yaitu : Mengapa harus Narkoba, Guru Sejati dan Gurindam Lima Sila.
Berikut larik puisinya :
Mengapa Harus Narkoba
Karya : Juwita SPd
Tolong,,, jangan kau patahkan bunga bangsa yang indah bergoyang
Dia terenggut
Terkulai perlahan
Mencekam
Hamparan rangsang setan
Menghancurkan masa depan
Palung kehinaan
Ruang salah telah merasuki
Dengan gemetar kau hancurkan nasib diri
Kemana nahkoda akan berlabuh,,,,,
Disaat para pengayuh berbadan lesuh
Di kala hati cemas berlautan darah nanah
Terkadang tangis panjang mengikutimu
Termenunglah sendiri dan bertanya
Waktu berlalu
Tak terduga siang malam menyusut menyempitkan dunia
Sedang matahari selalu dan akan terus bersinar terang
Ayunkan langkah,,,,Melangkahlah,,,
Jaga hati mulutmu dari terjangan angin bunuh diri
Rengkuh tonggak kehidupan abadi yang hilang
Ditangan kita sendiri kelambu kasab berjuntai
Guru Sejati
Karya : Juwita
Kau lepas butir air yang terperangkap
Menderaskan aliran sungai
Kau maniskan lautan asin
Basahkan berjuta daun hijau
Senyum ceria murid menghela merenda duduk
Luruskan jiwa yang menggelepar
Rubah raut wajah Indonesia
Meriahkan alunan yang indah
Dalam tarian alam menyentuh hati
Dinaungi sang matahari mengelorakan semangat
Tanpa lelah
Selalu jajaki pagi berseri
Kau sentuh arah siapa dan dimana saja
Terangi malam yang tak berbintang
Ibarat nahkoda pelayaran
Jelajahi samudera jiwa
Guru sejati penyemai cita
Guru sejati penyuluh masa
Guru sejati tiada pernah sirna
Walau jasad telah tiada
Gurindam Lima Sila
Karya : Juwita
Ketuhanan yang Maha Esa
Patuh tuntunan penguasa prima
Wajib beriman hanya kepada Tuhan
Menghargai,,,toleransi
taklukkan ego kesuma bangsa
Saling menghormati,,,
Tentram damai indah negeriku
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Junjung tinggi budi pekerti
Titilah jalan moral perilaku
Derajat sama martabat mulia
Hak dan kewajiban tiadalah berbeda
Persatuan Indonesia
Mahkota cinta Pantang bercerai berai
Pegang erat jabatan tangan
Sematkan nasionalisme bina persatuan
Suka cita duka cita,,,,
Bahu membahu bersatu padu
Tumbuhkan nasionalisme untuk persada
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
Kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan
Singkirkan amarah geluti mufakat
Pondasi persamaan kedudukan tiada beda
Hilangkan keangkuhan sanjungi kerukunan
Ditangan rakyat negara kuat
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Elok negeri beragam suku
Hilangkan kerdil menuju adil
Nusantara aman warga sentausa
Curahkan energi Indonesia mampu
Hampir satu bulan penulis tidak mengetahui lagi sudah sampai dimana kelanjutan dari puisi tersebut, 3 Maret 2019 penulis melihat status di Facebook pemilik akun Fitriani Eka, beliau membuat status “ Jika kau bukan anak raja, bukan pula anak ulama besar, maka menulislah!, Saya selalu memotivasi diri sendiri untuk menulis dengan mengingat kutipan dari Imam Al-Ghazali, “ Ketika mentari bersenandung “ adalah buku antologi puisi yang ditulis oleh 82 guru hebat se- Indonesia. Alhammdulilah, dua puisiku termasuk didalamnya.
Penulis kembali teringat bahwa pernah mengirim juga puisi, lalu menanyakan kepada Bu Fitiani diamana kita bisa melihat puisi kita lolos atau tidak , beliau mengatakan bahwa panitia 1001 puisi mengirim email untuk puisi yang terpilih.
Penulis langsung membuka email ternyata benar ada pesan di kotak masuk yang mengabarkan bahwa puisi saya lolos seleksi dan Alhamdulillah ketiga puisi karya penulis lolos dan sudah dibukukan dalam antologi “Ketika Mentari Bersenandung”.
*Guru SDN 1 Indrapuri