Mengangkat Budaya Lokal ke Kancah Global: Kuliah Umum Menteri Kebudayaan di ISBI Aceh

  • Oleh: Muhammad Tahir, Koordinator Prodi Kajian Sastra dan Budaya ISBI Aceh

KABARDAILY.COM –  ISBI Aceh kembali menegaskan perannya sebagai garda depan pelestarian budaya dengan menggelar kuliah umum bertema “Pemajuan Kebudayaan Nasional Berbasis Kearifan Lokal Keacehan”. Acara ini menghadirkan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., sebagai pembicara utama, yang memberikan pandangan strategis tentang pentingnya budaya lokal dalam membangun kekuatan kebudayaan nasional.

Acara dimulai dengan sambutan dari Rektor ISBI Aceh, Prof. Wildan, M.Pd., yang menekankan pelestarian warisan indatu sebagai tonggak utama dalam membangun identitas budaya.

Ia juga menyoroti urgensi digitalisasi kebudayaan sebagai upaya menghadirkan tradisi dan seni lokal kepada generasi muda yang kini hidup di era teknologi. Selanjutnya, sambutan disampaikan oleh Pj. Gubernur Aceh yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.

Dalam pesannya, ia menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan nilai-nilai budaya lokal sembari mengembangkannya menuju ranah digital agar mampu bersaing di kancah internasional.

Kuliah umum ini turut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, seperti DPR RI Nasir Djamil, Forkopimda, Kepala LLDIKTI Wilayah XIII Aceh, serta para rektor dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Aceh. Kehadiran mereka menunjukkan komitmen bersama dalam mendukung inisiatif pelestarian budaya lokal sebagai bagian integral dari kebudayaan nasional.

Pidato kebudayaan yang disampaikan Menteri Kebudayaan menjadi momen penting dalam acara ini. Beliau memulai pidatonya dengan laporan hasil kunjungannya ke beberapa situs pelestarian budaya di Aceh, termasuk museum dan Badan Pelestarian Kebudayaan Aceh.

Dalam pidatonya, beliau mengutip Pasal 32 Ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan peran negara dalam memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia.

Fadli Zon menyebut budaya sebagai kekayaan nasional yang juga menjadi kekuatan strategis bangsa. Menteri Fadli Zon berharap semua pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan masyarakat, dapat bersinergi dalam melestarikan dan memajukan budaya Aceh agar dikenal lebih luas hingga ke belahan dunia.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kebudayaan juga mengajukan ide strategis bagi ISBI Aceh, yaitu untuk menjadi pionir dalam penyelenggaraan Festival Film Aceh. Festival ini diharapkan menjadi platform kreatif untuk mempromosikan budaya lokal melalui media film.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya penguatan museum sebagai pusat edukasi dan pelestarian budaya, yang dapat menarik minat generasi muda untuk lebih memahami dan mencintai kekayaan tradisi Aceh.

Momen bersejarah lainnya dalam kuliah umum ini adalah peluncuran dan bedah buku “Menggapai Matahari”, autobiografi Prof. Wildan, M.Pd. Buku ini mengisahkan perjalanan hidup inspiratif seorang anak guru dan petani yang berhasil meraih gelar profesor dengan menjadikan kearifan lokal sebagai pedoman hidup dan kariernya.

Buku ini diharapkan dapat menginspirasi generasi muda Aceh untuk terus menjaga tradisi leluhur, sembari mengejar impian mereka.

Acara ini menjadi bukti nyata komitmen ISBI Aceh dalam menjadikan budaya Aceh sebagai bagian penting dari kebudayaan nasional yang mendunia.

Dengan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat, Aceh berpotensi besar untuk menjadi pusat kebudayaan yang tidak hanya melestarikan tradisi tetapi juga mengembangkannya melalui inovasi berbasis digital. Kuliah umum ini tidak hanya menguatkan semangat pelestarian budaya lokal tetapi juga menjadi langkah strategis menuju kemajuan kebudayaan nasional di tengah era globalisasi.