KABARDAILY.COM – Islam mencela perbuatan yang membelanjakan harta atau hidup secara boros. Orang-orang Islam bersifat boros dalam membelanjakan harta umumnya karena dorongan setan, untuk terus-terusan tidak merasa puas dan cukup. Sikap boros adalah termasuk sifat setan dan setan itu sangat ingkar kepada tuhannya.
Pimpinan Dayah Mishrul Huda Malikussaleh Banda Aceh, Tgk Rusli Daud, SHI, M. Ag akan menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jumat di Masjid Babul Maghfirah, Tanjong Seulamat, Kecamatan Darussalam, 5 April 2024 bertepatan dengan 25 Ramadhan 1445 H.
Oleh karena itu, penting dalam mengelola uang atau harta untuk senantiasa merasa cukup dan mengelola harta sesuai dengan kebutuhannya, tetapi tidak juga dengan melakukan penimbunan harta.
Ia mengajak umat Islam, supaya menggunakan rupiah sesuai dengan fungsinya sebagai penyimpan nilai dan selalu hidup hemat dalam membelanjakan uang. Hal ini akan mendorong kita semua dan masyarakat luas untuk tetap paham fungsi rupiah dan menjalankan konsep uang secara Islam.
Menurut Anggota MPU Banda Aceh ini, Islam lahir sebagai agama yang mengatur pola kehidupan manusia, baik dalam berinteaktif dengan Allah (vertikal), berinterkatif dengan makhluk (horizontal) bahkan bagaimana manusia mengatur segala hal untuk dirinya sendiri. Manusia yang bisa mengatur dirinya dengan baik maka Allah akan membalas dengan baik, sementara manusia yang tidak bisa mengatur dirinya dengan baik, maka akan jauh kebaikan darinya.
“Salah satu hal yang harus di perhatikan adalah pola makan, karena pola makan ini sangat tergantung bagaimana kita mengelola uang. Dalam kitab Sirus Salikin sudah di atur adab adabnya, baik adab sebelum, sedang dan sesudah makan,” ujarnya.
Mayoritas manusia yang sudah diberi mapan oleh Allah pada hartanya akan menghambur-hamburkan uang nya pada belanja. Ini karakter yang sangat melekat pada diri manusia. Khususnya yang hidup di era zaman now sekarang ini. Merasa kurang percaya diri, bila harta yang banyak tidak dipergunakan untuk belanja kebutuhan yang lebih besar dan berbalut kemewahan. Tergiur dengan hal hal yang tidak terlalu penting baginya.
“Mereka tergoda dengan kehidupan yang dilihat dari kehidupan kaum barat. Inilah kehidupan banyak mausia di era kekinian, lebih mudah beradaptasi dengan kehidupan mewah daripada hidup sederhana yang di ajarkan oleh agama kita sendiri,” tegas Waled Rusli, panggilan akrab, Tgk Rusli Daud.
Agama sangat menginginkan ummatnya menjalani kehidupan yang baik jauh dari kehidupan glamor dan kemewahan, agama melarang membuang buang harta pada tempat yang tidak perlu atau berlebih-lebihan pada belanja. Dalam Al Qur’an Allah banyak memberi pesan agar dalam memenuhi kebutuhan hidup dijalankan secara sederhana dan bersahaja, tidak boros dalam pengeluaran rupiah, sedang-sedang saja.
Ia menegaskan, pemborosan pada belanja bisa mengakibatkan ekonomi seseorang terguncang, berpotensi terjadinya kelumpuhan ekonomi, melahirkan banyak pengemis, tindakan kriminal dan penyimpangan, terlantarnya orang-orang yang menjadi tanggungan. Begitu pula bila sebuah negara melaksanakan kebijakan ini, maka anggarannya akan membengkak, malah akan mengalami kebangkrutan, tidak akan sanggup lagi menjalani program-program prioritas kerakyatan. Sebuah negara tidak akan mampu bertahan dalam situasi ekonominya sulit.
“Hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt yang berkaitan dengan pengelolaan harta atau uang, selain kegiatan penimbunan harta. Allah Swt juga melarang adanya pemborosan. Allah Swt tidak menyukai orang-orang yang kikir lagi bakhil dan Allah Swt juga tidak menyukai orang-orang yang melakukan pemborosan. Sikap boros misalnya, disamakan dengan perumpamaan bahwa boros adalah saudaranya setan,” pungkas Waled Rusli.