Kepedulian Sosial Warga Banda Aceh Semakin Terasa

Banda Aceh – Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman mengatakan bahwa kepedulian sosial warga Kota Banda Aceh semakin dirasakan.

“Tingkat kesenjangan sosial ini bisa kita lihat berdasarkan Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang tinggi. Selain itu, kita bisa lihat kepedulian sesama yang ditunjukkan lembaga, instansi, dan pribadi warganya yang gemar memberi uluran tangan bagi yang membutuhkan,” kata Aminullah di Pendopo, Minggu, 16 Mei 2021.

Seperti saban tahunnya, sebutnya, dalam peringatan hari jadi ibukota Provinsi Aceh ini, Aminullah meminta setiap OPD, lembaga, dan instansi swasta untuk bersedekah.

“Hampir semua lembaga dan instansi, baik itu milik negeri maupun swasta, dan di tingkat gampong, sekolah-sekolah, dan pribadi warga sangat luar biasa. Mereka semua ambil andil dalam mensejahterakan sekitarnya,” katanya.

Dirinya menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kepedulian semua pihak tersebut. Terlebih lagi pada masa sulit, warga Banda Aceh peka terhadap keadaan lingkungan sekitar, katanya.

“Ini perlu dipertahankan dan terus kita tingkatkan. Setiap tindakan baik akan menuai pahala, dan rezeki serta dipanjangkan umur oleh Allah SWT,” ujarnya.

Seperti diketahui, IPM Banda Aceh berhasil menempati posisi kedua setelah Yogyakarta. Sebagai kota sedang yang jauh dari pusat pemerintahan Indonesia, Banda Aceh menempati posisi kedua IPM di Indonesia dengan poin 85,07, berada di bawah Yogyakarta di posisi pertama dengan angka 86,65 (BPS 2020).

Hasil tersebut berdasarkan pengukuran dari 514 Kabupaten/Kota se-Indonesia. Ibukota Provinsi Aceh ini pun tergolong daerah mandiri dan sejahtera.

Aminullah mengungkapkan, menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran berbanding lurus dengan laju pertumbuhan ekonomi dan berhasil meningkatkan kualitas pendidikan sebagai kota referensi pendidikan.

Mantan Dirut Bank Aceh ini juga mengatakan, naiknya IPM Banda Aceh tak terlepas dari terus menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran. “Angka kemiskinan 2017 7,44 persen, 2018 7,25, dan 2019 tersisa 7,22. Sementara pengangguran pada 2018 tinggal 7,29 persen, dan kini pada 2020 6,90 persen, turun jauh dari 12 persen pada 2015 silam.”

Menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran berbanding lurus dengan laju pertumbuhan ekonomi. “Pertumbuhan ekonomi Banda Aceh naik dari 3,39 pada 2017 menjadi 4,49 persen pada 2018. Pendapatan per kapita juga naik dari Rp 64,2 juta menjadi Rp 66,2 juta per tahun. Kemudian inflasi juga turun dari 4,86 ke 1,93 persen,” ungkapnya.

Aminullah pun yakin, apabila semua saling peduli satu sama lain, maka kesejahteraan pun akan tiba seiring angka kemiskinan yang semakin menurun.

“Dengan demikian Banda Aceh akan dijauhkan dari bala musibah, marabahaya dan bencana, dan tercapainya warga yang makmur ke depannya,” pungkasnya.