JANTHO,KABARDAILY.COM | Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh sedang mempersiapkan langkah besar untuk bertransformasi menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Proses ini didukung oleh berbagai bidang, termasuk Bagian Perencanaan, Keuangan dan Umum, yang berupaya untuk mendorong efektivitas manajemen aset guna memperkuat kinerja dan layanan institusi.
Langkah menuju status BLU dianggap sebagai salah satu upaya strategis ISBI Aceh untuk meningkatkan kemandirian dalam pengelolaan keuangan dan aset. Dengan BLU, ISBI Aceh akan memiliki fleksibilitas lebih dalam pengelolaan dana yang bersumber dari layanan masyarakat dan pihak ketiga.
Fleksibilitas ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja institusi dalam berbagai aspek, termasuk pengembangan pendidikan, penelitian, serta pengabdian masyarakat di bidang seni dan budaya.
Menurut Kepala Sub Bagian Perencanaan, Keuangan dan Umum ISBI Aceh, Ika Ariayanti M.Si, (05/11) saat di temui di Arabian Hotel dalam pembukaan acara Lokakarya Penyusun Dokumen dan Intrumen Evaluasi Pelaksaan Pengembangan Kemitraan Bersama Mitra menyebutkan bahwa langkah penguatan manajemen aset ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan fasilitas dan infrastruktur yang ada.
“Dengan pemetaan dan optimalisasi, kami ingin memastikan setiap aset yang dimiliki ISBI Aceh berfungsi maksimal dan mendukung operasional kampus,” ungkapnya.
Bagi kami, tambah Ika, manajemen aset menjadi fokus utama dalam persiapan menuju BLU ini. Bagian, Perencanaan, Keuangan dan Umum ISBI Aceh tengah melakukan penataan dan optimalisasi aset yang dimiliki.
Hal ini meliputi pemetaan aset yang belum terinventarisasi dengan baik, hingga melakukan valuasi ulang terhadap aset-aset yang dianggap belum optimal dalam mendukung kegiatan kampus.
Upaya ini juga merupakan bagian dari strategi untuk memperkuat peran ISBI Aceh sebagai pusat pengembangan seni dan budaya di wilayah Aceh.
Dengan pengelolaan yang lebih baik, ISBI Aceh diharapkan mampu menyelenggarakan lebih banyak program yang dapat diakses oleh masyarakat, termasuk workshop seni, pelatihan budaya, dan kegiatan kolaborasi dengan berbagai pihak, kata Ika.
Transformasi menjadi BLU juga memerlukan kerja sama lintas bidang di dalam institusi. Tidak hanya bidang Perencanaan, tetapi juga seluruh elemen organisasi yang turut mendukung pencapaian visi dan misi ISBI Aceh sebagai lembaga pendidikan tinggi seni yang profesional dan akuntabel. Selain itu, berbagai prosedur dan kebijakan internal tengah disesuaikan untuk menunjang pelaksanaan BLU secara efektif.
Transformasi ini tidak akan mengubah komitmen ISBI Aceh dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas. Dengan menjadi BLU, ISBI Aceh akan tunduk pada pengawasan yang lebih ketat, baik dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun dari lembaga pengawas lainnya.
“Kami ingin memastikan bahwa segala bentuk penggunaan dana dan pengelolaan aset dapat dipertanggungjawabkan secara profesional,” tegas Ika.
Seiring dengan itu, ISBI Aceh juga telah menyiapkan program pelatihan untuk staf, terutama di bidang pengelolaan keuangan dan manajemen aset. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan BLU, sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik dan mengikuti standar yang telah ditetapkan.
Ika juga menambahkan, bahwa persiapan menuju BLU ini adalah langkah positif bagi institusi dan diharapkan dapat membawa manfaat luas bagi sivitas akademika serta masyarakat. Ia menyebutkan, “Dengan status BLU, kami berharap bisa lebih leluasa dalam mengelola aset dan anggaran, sehingga bisa memberikan layanan yang lebih baik untuk masyarakat dan mendukung kemajuan seni budaya di Aceh.”
Kami yakin dan berharap proses ini dapat segera rampung dan status BLU bisa efektif dalam waktu dekat. Dengan manajemen aset yang lebih baik, kami optimistis dapat memainkan peran yang lebih besar dalam mendorong kemajuan seni dan budaya di Aceh dan Indonesia secara keseluruhan, tutup Ika.