SANTERDAILY.COM | LHOKSEUMAWE PENGEMIS DI KOTA TUA
12 IPA 2 SMANSA
Tubuh- tubuh ringkik merayap di kota tua
Menatap sendu di bawah atap bumi penuh duka
Menerawang nasib tak kasat mata
Hari demi hari menghamba pada bayang
Berjalan gontai tanpa tujuan
Menelusuri bumi dalam khayal
Pada malam berbinar ia meratap
Mengharap satu keajaiban menyapa
Mengubah kelam merajut asa
Seolah takdir menyelingkuhi nasib
Hanya resah jadi suluh penerang jalan
Tak banyak yang dicari,
Hanyalah sesuap nasi penopang usus
Tubuh meringkuk demi nafkah anak dan istri
Ahh…
Jangan asik melontar janji
Kepada mereka yang butuh belas kasih,
Mereka butuh bukti, bukan buih-buih di mulut manis
Lhokseumawe, 27 Oktober 2018
*Ternyata dalam bentuk romantis mereka lebih luwes
MERAGU DALAM RINDU
12 IPA2 SMANSA
Malam ini dingin mengguliti jiwa
Rindu yang tak kunjung reda
Mata buta tak dapat membayangkan wajahmu
Entah mana yang lebih indah
Senja yang memerah,
Atau senyummu yang merekah
Senyap bagaikan malam tanpa rembulan
Angin berbisik pada malam
Memapah rasa
Menunggu kau tak jua datang
Ada kopi yang kau seduh, bersama biskuit ahoy
Menemani rasa yang meremaja
Namun, hati tak henti dirundung ragu
Bagaimana rasanya bercumbu?
Jika yang kudapat hanya sebatas cemburu
Dasar pendusta cintaa
Kau tak pantas mencinta
Kau tak punya jiwa merindu
Kau biarkan raga ini menunggu
Di tengah dinginnya malam sendu
Kini sudah sewindu berlalu
Masih kuingat senyum itu
Lhokseumawe,27 Oktober 2018