JANTHO,KABARDAILY.COM – Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh menggelar diskusi kebudayaan bertajuk “Sastera Mendidik Jiwa, Memurnikan Pemikiran dan Memanusiakan”, Kamis (17/4) di Gedung Utama ISBI Aceh. Kegiatan ini menghadirkan narasumber internasional, Asst. Prof. H. Abdulrazak Panaemalae, Senior Lecturer dari The School of Political Science and Public Administration, Walailak University, Thailand yang memberikan perspektif mendalam mengenai peran sastra dalam pembentukan nilai dan karakter manusia.
Dalam pemaparannya, Abdulrazak menekankan bahwa sastra memiliki kekuatan untuk menyentuh dimensi terdalam manusia, melampaui batas-batas geografis dan sosial. “Sastra adalah cermin jiwa. Melalui kata-kata, manusia bisa belajar memahami dirinya dan orang lain. Itulah kenapa saya percaya, sastra dapat mendidik jiwa dan memurnikan pikiran,” ujarnya di hadapan peserta diskusi.
Ia juga menyoroti pentingnya melestarikan khazanah kesusastraan lokal, khususnya di wilayah Aceh dan dunia Melayu yang kaya dengan nilai-nilai filosofis. “Aceh dan dunia Melayu memiliki tradisi literasi yang luhur. Bila digali dan dikembangkan, ia bisa menjadi kekuatan budaya yang mampu bersaing secara global,” tambahnya.
Rektor ISBI Aceh, Prof. Dr. Wildan, dalam sambutannya menyatakan bahwa diskusi kebudayaan seperti ini sangat penting dalam membangun kesadaran intelektual dan identitas budaya mahasiswa.
“Melalui kegiatan ini, kita berharap mahasiswa tidak hanya mengenal sastra sebagai pelajaran di kelas, tetapi juga sebagai bagian dari identitas mereka sebagai manusia dan warga budaya,” ungkapnya.
Wakil Rektor Bidang Akademik ISBI Aceh, Dr. Ratri Candrasari, M.Pd., juga memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini. Ia menyatakan bahwa diskusi lintas negara seperti ini membuka ruang refleksi kritis dalam bingkai kebudayaan.
“Kita ingin mahasiswa tidak hanya menjadi penikmat karya sastra, tetapi juga menjadi penggerak pemikiran kritis yang berbasis nilai budaya lokal,” ujarnya.
Sementara itu, Koordinator Program Studi Kajian Sastra dan Budaya, Muhammad Tahir, M.S., menekankan bahwa kegiatan ini sejalan dengan visi prodi dalam membangun literasi budaya yang kuat dan kontekstual. “Diskusi ini menjadi ruang aktualisasi gagasan mahasiswa dalam memahami kaitan antara sastra dan dinamika sosial di masyarakat. Sastra bukan milik masa lalu, ia hidup dan terus relevan,” jelasnya.
Kegiatan yang berlangsung secara interaktif ini diikuti oleh mahasiswa program studi, dosen, dan tamu undangan. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan kritis dan dialog yang berkembang selama sesi diskusi berlangsung.
Diskusi kebudayaan ini diharapkan menjadi pemantik lahirnya pemikiran-pemikiran baru, sekaligus memperkuat posisi ISBI Aceh sebagai ruang akademik yang aktif dalam merawat dan mengembangkan warisan budaya melalui pendekatan ilmiah dan kolaboratif.